Arturo Vidal sempat diminati oleh Bayern Muenchen pada tahun 2011 lalu. Tapi, Bayer Leverkusen memilih menjualnya ke Juventus. Apakah kepindahan yang tertunda selama empat musim itu bisa berbuah baik bagi Vidal dan Muenchen?
“Kalau jodoh tak akan lari ke mana”. Ungkapan ini sering kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Maknanya jelas, jika dua pihak sudah
digariskan untuk bersatu maka apa pun yang terjadi keduanya akan tetap
bersatu.
Ungkapan tersebut nampaknya cocok dengan situasi gelandang
berkebangsaan Chile, Arturo Vidal. Pemain yang turut mengantarkan
negaranya menjuarai Copa America 2015 ini pada 2011 diminati oleh
raksasa Jerman Bayern Munich. Vidal pun kala itu diberitakan telah
mencapai kesepatakan untuk bergabung dengan FC Hollywood. Jupp
Heynckess, pelatih tim Bavaria ketika itu, seperti dilansir Bild bahkan
sudah
mengatakan bahwa Vidal hanya akan pindah ke Muenchen. Namun nasib
pemain sepak bola sedikit banyak tergantung kebijakan klub. Bayer
Leverkusen tempatnya bermain kala itu menolak menjual sang pemain ke
sesama klub Bundesliga.
Pada situasi inilah datang raksasa Italia Juventus yang mencoba
membangun kembali puing-puing kejayaan mereka pascaskandal pengaturan
skor Calciopoli. Mahar sebesar sepuluh juta Euro pun disetujui
Leverkusen dan Vidal pun berganti kostum putih hitam. Kepindahan Vidal
ke Serie A langsung mengundang komentar Presiden Bayern Muenchen Uli
Hoeness. “Vidal telah melanggar janji,” sebut mantan pemain timnas
Jerman itu.
Empat tahun berselang, Vidal turut membantu Juventus kembali merajai Italia. Empat gelar scudetto
dalam empat tahun berhasil direngkuh La Vecchia Signora bersama Vidal
di ruang mesin. Tak hanya itu, akhir musim 2014/2015 mantan pemain
Colo-Colo ini bahkan turut mengantar Juventus ke final Liga Champion,
final pertama mereka sejak 2003.
Dalam rentang waktu yang sama Muenchen pun nampaknya telah move on
dari kegagalan merekrut Vidal. Sederet pemain bintang berdatangan,
mulai penjaga gawang Manuel Neuer, bek Jerome Boateng hingga sang pemain
termahal Javi Martinez. Mereka turut membentuk Muenchen menjadi
kekuatan paling menakutkan di Eropa. Tiga gelar juara –Bundesliga, DFB
Pokal dan Liga Champion– diraih pasukan Jupp Heynckess itu pada musim
2012/2013. Komposisi pasukan Muenchen hanya bisa disamai oleh dua
raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona.
Saat kedua belah pihak tengah menapaki jalan masing-masing, saat
itulah takdir mempertemukan mereka kembali. Pindahnya gelandang Bastian
Schweinsteiger ke Manchester United menyisakan satu tempat kosong di
lini tengah Muenchen. Belum lagi kehadiran Direktur Teknik, Michael
Reschke, di deretan pajabat kunci klub. Reschke yang pindah dari
Leverkusen pada 2014 adalah sosok yang mendatangkan Vidal ke Jerman.
Reschke pulalah yang telah meyakinkan direksi Muenchen untuk
melupakan sakit hati atas kegagalan transfer Vidal pada 2011. CEO
Muenchen Karl Heinz Rummenigge menyebut Reschke telah memberitahunya
bahwa kegagalan transfer Vidal pada 2011 karena Leverkusen menolaknya.
Di satu sisi Juventus tengah melakukan perubahan komposisi skuat.
Vidal sebagai salah satu pemain penting yang sempat menurun performanya
lantaran cedera tahun lalu, diminati oleh banyak klub besar yang siap
membayar mahal. Beberapa klub Inggris dikabarkan siap meminang salah
satu gelandang box to box terbaik dunia itu.
Namun, hanya Muenchen yang serius berminat mendatangkan Vidal.
Keseriusan itu ditunjukkan dengan uang sebesar 37 juta Euro –via
transfermarkt.de– yang dibayarkan Muenchen untuk mendatangkan pemilik 69
caps bersama Chile itu.
Tepat pada 28 Juli 2015, Vidal akhirnya secara resmi menandatangai
kontrak berdurasi empat tahun dengan Muenchen. Transfer yang akhirnya
terealisir setelah empat tahun “tertunda”.
Menarik dilihat bagaimana kiprah Vidal di Muenchen. Bukan rahasia
lagi jika penampilan gelandang pencetak 12 gol bagi Chile ini tak
semaksimal sebelum operasi lutut pada 2014. Vidal sendiri sempat
mengakui hal itu, meski belakangan mengaku sudah pulih 100%. Entah
bagaimana kebenarannya, hanya penampilan di lapangan yang akan
membuktikan.
Meski mendatangkan pemain berkelas dalam sosok Vidal, Muenchen tak
lepas dari kritik. Salah satunya menyangkut masa depan karir sang
pemain. Dalam usia 28 tahun Vidal diprediksi tak akan lama berada di
puncak permainan. Terlebih melihat gaya bermain Vidal yang sangat
menguras fisik. Kecuali ia bisa menyesuaikan gaya bermain dengan
usianya, pemain kelahiran Santiago ini mungkin hanya akan maksimal
hingga tiga tahun ke depan.
Muenchen sudah menanti empat tahun dan mereka masih saja memilih Vidal. Klub peraih treble winners
2013 ini bahkan rela mengeluarkan uang berlipat-lipat dari nilai
transfer Vidal sebelumnya. Akan sangat disayangkan jika akhirnya
pencetak 35 gol di Serie A ini tak maksimal akibat terkendala kondisi
fisik. Adalah tugas pelatih Pep Guardiola dan tim dokter Muenchen untuk
memastikan penantian Muenchen tidak sia-sia.
Arturo Vidal dan Jodoh yang Tertunda oleh Arsyad M. Fajri.
Sumber tulisan dari sini http://goo.gl/H7iwZr
Sumber tulisan dari sini http://goo.gl/H7iwZr
Post a Comment